3 tahun yang lalu saya membeli komputer jangkrik untuk pertama kali dengan menggunakan uang tabungan. Pada saat itu dengan sesuai dengan promosi, saya meminta spesifikasi yang tercanggih. Sang penjual pun mempromosikan kehebatan software-softwarenya yang serba canggih dan terlengkap sehingga saya pun tertarik untuk memilikinya walaupun untuk mendapatkannya saya harus menggali kantong jauh lebih dalam.
Setelah transaksi dengan diberikan bonus ini dan itu, saya membawa komputer tersebut pulang ke mess dengan bangga dan memamerkannya kepada seorang teman tentang “kelengkapan” komputer tersebut. Ternyata barulah mengerti bahwa komputer tersebut memiliki 3 antivirus, 3 software pembaca multimedia, 2 software pembaca dokumen office dan 3 software design grafis termasuk berbagai software yang saya tidak mengerti kegunaannya ter-install di dalam komputer tersebut.
2 tahun kemudian, saya merasa kecepatan proses komputer tersebut berkurang. Namun karena merasa sudah sangat di-“manja”-kan dengan kehebatan dan kelengkapan komputer tersebut, saya tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Hal tersebut saya biarkan sampai 1 tahun berikutnya manakala komputer tersebut “hang” dan tidak dapat digunakan sama sekali.
Akhirnya saya membawa komputer tersebut ke seorang kenalan baru yang menjadi teknisi komputer di sebuah toko komputer tersebut. Ada beberapa hal yang disampaikannya kepada saya yang antara lain :
1. Terlalu banyak software yang terpasang. Bahkan software yang tidak saya ketahui fungsinya. Namun software yang banyak tersebut memakan banyak memory dan harddisk.
2. Adanya software-software yang dengan fungsi serupa seringkali “bersaing” bahkan bertabrakan kepentingan.
3. Virus yang berkembang menghabiskan “sumber daya” komputer tersebut, antara lain banyak memory dan ruang harddisk yang terpakai tanpa guna.
4. Seluruh antivirus sudah tidak dapat mengenali adanya virus dan bahkan menganggap virus tersebut merupakan bagian dari system sehingga jika virus tersebut dihapus secara manual, system yang kotor tersebut justru menolak eksekusi terhadap perintah pembersihan tersebut.
5. Semua flashdisk/pendrive/disket yang digunakan pada komputer tersebut ikut menjadi media pembawa benih virus yang akhirnya akan mencemari system ditempat lain dengan jumlah yang tidak dapat diperkirakan. Flashdisk yang bersih sekalipun menjadi pembawa virus untuk mencemari system di tempat yang lain.
Namun karena merasa sudah sangat “mapan” dengan kondisi yang saya kenal bertahun-tahun ini, saya berkeras tidak merubah komposisi software yang sebenarnya bertumpuk dan “useless” tersebut. Saya meminta kepada rekan teknisi tersebut hanya untuk menghapus virus-virus tersebut dengan jalan menginstall antivirus yang lebih “up to date”.
Alih-alih dapat menghapus virus dari komputer tersebut, system yang telah rusak oleh virus itu bahkan menolak terlaksananya instalasi antivirus tersebut di dalam komputer. Sistem rusak tersebut menolak untuk dibersihkan atau diperbaiki.
Akhirnya saya menerima untuk melakukan “reinstall”, yaitu mengulangi lagi seluruh instalasi, berawal dari pemasangan operating system baru yang bersih, antivirus yang baru dan up to date sebagai “polisi” di komputer dan software-software yang dibutuhkan.
2 jam berlalu. Komputer tersebut tampil dengan operating system yang tidak tercemar, antivirus yang baru, tidak ada lagi penumpukan software yang tidak berguna ataupun tidak saya mengerti kegunaannya, tidak ada software yang bertabrakan fungsi. Dengan kondisi spesifikasi yang sama dengan saat pertama komputer tersebut dibeli, namun perubahan system yang bersih dan komposisi pendukung yang sederhana namun efektif mampu membuat komputer tersebut bekerja jauh lebih cepat tanpa mengurangi kemampuan untuk membaca berbagai jenis format pekerjaan.
Sesampainya di rumah saya mendapat suatu kesimpulan antara lain:
1. Software harus dipasang sesederhana mungkin namun mampu membaca segala jenis format sesuai dengan kebutuhan, tidak perlu memasang software yang memiliki duplikasi fungsi yang akan membuatnya “bertabrakan” atau memasang software yang sebenarnya tidak kita butuhkan apalagi software yang tidak kita ketahui fungsinya. Hanya akan menghabiskan “sumber daya” yaitu memori dan harddisk.
2. Antivirus atau “polisi” dalam komputer harus selalu up to date sehingga mampu mempertahankan kondisi komputer yang dengan system yang “bersih”
3. Lakukan reinstall dengan kehilangan waktu 2 jam lebih baik daripada bekerja dengan system kotor yang lambat selama bertahun-tahun.
Sambil memperhatikan komputer yang baru diperbaiki tersebut, saya melihat adanya kesamaan antara komputer dan manusia atau mungkin komputer dan sebuah organisasi. Komputer itu bagaikan manusia, tiap bagian mempunyai fungsi masing-masing. Atau bagaikan sebuah organisasi dimana sebuah kedinasan memiliki fungsi yang spesifik bagai software Winamp yang hanya berfungsi mengatur hal-hal yang berhubungan dengan format multimedia.
Jika komputer bagaikan bentuk sederhana dari sebuah organisasi, apakah beberapa pertanyaan berikut dapat saya tanyakan dalam berorganisasi?
ü Adakah pemilik organisasi sudah mengerti maksud, tujuan dan sasaran membangun organisasi sebelum menyusun “software” yang dibutuhkan? Seperti saya yang bingung tujuan merakit sebuah komputer.
ü Sudah cukup mengertikah sang pemilik sehingga tidak sampai tertipu bujuk rayu “rekanan” dan iming-iming “bonus”nya, untuk membeli atau mengadakan sesuatu yang justru menimbulkan permasalahan selanjutnya, selain mengeluarkan dana yang lebih banyak tentunya?
ü Adakah duplikasi fungsi dalam sebuah organisasi yang memboroskan sumber daya? Atau adakah fungsi dalam organisasi yang saling bertabrakan?
ü Adakah “software” yang tdk berguna telah terpasang pada system kerja yang memboroskan sumber daya?
ü Adakah “antivirus” tua yang perlu diganti agar mampu mendeteksi adanya “virus” yang hanya menghabiskan sumber daya? Atau adakah “antivirus” sudah “terbiasa” dan justru menganggap “virus” tersebut bagian dari system?
ü Adakah organisasi sudah dicemari oleh “virus” yang kemudian berakar, berkembang biak di dalam system dan menghabiskan sumber daya? Adakah virus justru mampu menginfeksi semua “flashdisk” bersih yang masuk pada system kotor tersebut? Atau bahkan organisasi sudah menganggap “virus” tersebut merupakan bagian dari system, sehingga justru memproteksi “virus” tersebut dari sesuatu yang dianggap mengancam keberadaan dirinya yaitu dengan cara menolak keberadaan “antivirus” baru yang “up to date” di dalam lingkungannya?
ü Adakah keinginan dan keberanian sang pemilik organisasi untuk lepas dari “kemanjaan” yang diberikan oleh system lama yang kotor dan melakukan “reinstall” untuk memperbaiki “komputer” yang rusak selama hanya “2 jam” daripada selamanya bersama system yang kotor yang hanya menghabiskan segala sumber daya?
Mungkin masih ada pertanyaan relevan lainnya yang belum ditanyakan diatas, mari kita mencari pertanyaan lainnya dan biarlah menjadi renungan kita bersama.
jupiter_six_one_two@yahoo.co.id